Crystal Kelley adalah ibu pengganti atau surrogate mother yang dibayar Rp 213 juta oleh pasangan suami istri untuk mengandung anak mereka yang keempat. Namun di tengah kehamilan, janin yang dikandung Crystal ditengarai akan memiliki penyakit serius sehingga harus diaborsi. Tapi Crystal menolaknya.
Crystal menolak US$ 10 ribu atau sekitar Rp 96 juta yang ditawarkan orang tua genetik janin tersebut untuk mengaborsi kehamilannya. Hal itu terjadi saat kehamilannya berusia 5 bulan. Pemeriksaan USG menunjukkan bayi perempuan yang akan lahir berbibir sumbing, memiliki kista otak dan masalah jantung serius.
Orang tua genetik jabang bayi tersebut setuju agar kandungan Crystal diaborsi. Apalagi dokter menyebut bayi tersebut hanya punya peluang 25 persen untuk hidup normal. Permintaan agar Crystal mengaborsi kehamilannya disampaikan orang tua janin melalui surat.
Surrogate Crystal Kelley and the parents of the child she was carrying went through an exhaustive legal battle after she refused to abort the baby she was carrying
Menurut orang tua janin ini, mengaborsi kehamilan adalah pilihan yang lebih menusiawi ketimbang membiarkannya lahir namun malah menderita. Mereka menawarkan US$ 10 ribu atau sekitar Rp 96 juta agar aborsi segera dilakukan. Namun Crystal menolaknya. Dalam keadaan lemah dan tertekan, dia meminta US$ 15 ribu atau Rp 145 juta, namun ditolah oleh orang tua si janin karena terlalu mahal.
"Bukan keputusan mereka untuk mempermainkan Tuhan," kata Crystal, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (7/3/2013).
Mendengar penolakan Crystal, orang tua si janin mengingatkan kontraknya sebagai ibu pengganti. Di mana di dalam kontrak disebut kehamilan bisa dihentikan apabila ada tanda-tanda kelainan pada janin. Jika menolak, maka ibu pengganti akan dituntut dengan biaya yang telah diterima ditambah biaya pengobatan dan biaya hukum.
Ketika batas untuk melakukan aborsi semaki dekat, Crystal memutuskan untuk pergi dari Connecticut ke Michigan bersama dua anaknya. Michigan merupakan negara bagian AS yang melindungi hak ibu pengganti sebagai orang yang mengandung anak.
Disaster struck though in the fifth-month of the pregnancy when a scan revealed the unborn child had significant abnormalities including a cleft lip and palate (pictured)
Karena keadaan ekonominya, Crystal memang tidak bisa membesarkan bayi perempuan yang disebutnya 'Baby S' itu. Hingga akhirnya dia menemukan orang tua angkat yang bersedia mengasuh bayi dengan kondisi kesehatan yang tidak normal tersebut.
Sebulan sebelum kelahiran bayi tersebut, Crystal dan orang tua kandung Baby S menjalin komunikasi. Rupanya sang orang tua juga ingin mendapat hak pengasuhan atas anak itu. Nama orang tua kandung bayi tersebut akan tercantum dalam akte kelahiran Baby S.
Setelah melalui proses yang rumit, akhirnya segala permasalahan hukum dapat diselesaikan. Orang tua kandung Baby S setuju untuk menyerahkan hak hukum bayi tersebut kepada orang tua baru yang kini mengasuhnya. Namun mereka meminta untuk diberi kemudahan mengakses informasi kesehatan anaknya.
Kepada CNN Crystal mengatakan meskipun beberapa orang mungkin membencinya, karena menolak aborsi janin dengan penyakit serius dan malah kabur, namun dia tahu telah melakukan hal yang benar.
"Saya tahu dari awal bahwa gadis kecil ini memiliki semangat juang yang luar biasa," kata Crystal.
"Tidak peduli apa yang orang katakan kepada saya, tetapi saya tetap menjadi ibunya," imbuhnya.
Baby S lahir pada 25 Juni lalu. Dia memiliki sejumlah masalah medis yang lebih parah daripada yang diperkirakan saat masih berada dalam kandungan. Tak hanya memiliki bibir sumbing dan masalah jantung yang komplek, limpa Baby S juga tidak berfungsi. Selain itu kepalanya sangat kecil dan salah satu telinganya mengalami kecacatan.
After a difficult birth - Baby.S . was born in June and was handed over for adoption after Crystal and the child's parents came to a legal agreement
Baby S sudah menjalani operasi jantung terbuka dan operasi usus. Selanjutnya dia akan menghadapi sejumlah operasi yang lebih rumit untuk bertahan hidup. Ada kemungkinan 50 persen Baby S tidak bisa berjalan, berbicara atau menggunakan tangannya secara normal.
Meski Baby S punya sejumlah masalah medis, namun orang tua angkatnya sangat senang bisa memiliki bayi tersebut. Orang tua merasa senang setiap pagi melihat Baby S tersenyum. Bahkan orang tua angkatnya merasa bayi itu punya antusiasme untuk menyambut dunianya.
"Pada akhirnya, kita berpegang iman dalam memberikan cinta, peluang, dan dorongan sehingga dia bisa menunjukkan pada kita apa yang paling mungkin dalam hidupnya dan apa yang dia mampu capai," tutur orang tua angkat Baby S.Baby S will need years of medical attention and operations to cure the problems she was born with
Baby S. with her adoptive mother (left) and Crystal (right) aged seven-months old and now living in Michigan
Crystal refused to have an abortion - setting into motion a series of legal battles which led to her fleeing the state of Connecticut for Michigan
Hartford Hospital: The scan of the unborn child was performed here in February of 2012